Aku mulai dari Jalannya. Siapa yang gak tau, bahwa di jakarta itu MACET?? Jakarta memang kota yang macet, tapi klo menurut aku itu bukan halangan yang besar karna aku anak motor (bukan geng motor ya). Ada satu pelajaran yang aku dapat selama 3 bulan jadi anak motor di Jakarta, "Celah adalah Waktu dan Waktu adalah Uang". Di kota yang MaCet ini, celah bukan sesuatu yang disia-siakan, tapi celah adalah sesuatu yang HARUS di manfaatkan. Jika tidak, silahkan terima cacian klakson dari para pengendara lainnya.
Ada beberapa hal yang buat aku agak kecewa:
- Aku tak bisa menikmati keindahan berkendaraan seperti di Padang
- Aku tak bisa menikmati indahnya malam kota Jakarta
- Aku selalu di kerubungi panas, asap, dan polusi
- Lelah tak bisa dilupakan setelah berkendara
- Paling parah, aku tak bisa manuang-manuang berkendara
Orang Jakarta itu (yang tinggal), terdiri dari berbagai suku bangsa. Tiap daerah itu pasti orangnya gak ada dominan. Ada orang betawi, batak, minang, jawa, sunda, madura, kalimantan dll. Jadi untuk dekat itu agak sulit, karena perbedaan. Hal itu gak jadi masalah, karna kita Bhineka tunggal Ika. Jadi apa yang paling berpengaruh??? Yang paling berpengaruh adalah profesi. Di Jakarta penduduknya pergi pagi-pagi sekali (ngindarin MACET) dan pulang Larut Malam. Mereka lebih dekat dengan Teman kerja dan Jejaring Sosial. Menurut aku, wajar, karena frekuensi bertemu teman kerja lebih besar daripada tetangga. Hal-hal yang buat aku jadi susah karena hal ini
- Klo aku sendiri, tidak ada bantuan jika aku dalam masalah
- Klo mau makan, aku tak bisa tanya-tanya ke sebelah
- Gak tau orang sekitar itu, rasanya gimanaaaaaaaaaaaaaaa gitu...
Ada hal yang membuatku bangga jadi orang Padang. Sebagian besar makanan populer disini adalah masakan Padang
dan aku kangen Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar